Medical Influencer & Peraih Best Doctor of the year as a Interactive Medical Advisor

dr. Ahmad Akbar, Sp.PD mengawali karirnya dimulai dari tahun 2008 saat mendaftar kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Lulus Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada 2012, pria asal Lubuk Linggau Sumatera Selatan tersebut melanjutkan pendidikan CoAss di RSUD Hardjono Ponorogo dan Klinik Kesehatan di Solo Raya. Menyelesaikan CoAss 1,5 tahun, tepatnya pada tahun 2014 seusai menjalani sumpah dokter mendapat wahana internshipp di RSUD Kajen Pekalongan.

dr. Ahmad terjun ke Telemedecine pada 2016. Telemedecine merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengedukasi pasien seputar masalah kesehatan medis secara online. Pada saat itu aktivitas telemedecine tergolong terbatas, seperti edukasi ke pasien untuk penjelasan terkait penyakit, cara penanganan awal yang bisa dilakukan dirumah, lalu jika diperlukan hanya menganjurkan obat yg label hijau, ex : Paracetamol, Antasida atau vitamin.

Berbeda dengan telemedecine pada saat pandemi, dimana kegiatan telemedecine menjadi rujukan utama dalam melayani konsultasi online dan bahkan diperbolehkan memberi resep online dengan obat-obatan yang diperlukan sesuai indikasi. Di platform ini dr. Ahmad sudah menjawab konsultasi atau pertanyaan lebih dari 115ribu user/pengguna dari tahun 2016-2022.
Kegiatan dr. Ahmad sebagai telemedecine membuahkan prestasi yang membanggakan. Sembari mempersiapkan studi sebagai residen penyakit dalam pada tahun 2018, ia juga dinobatkan sebagai peraih Award Best Doctor of The Year 2018.

Tidak berhenti disitu, ditengah pandemi tepatnya tahun 2021, video yang diunggah dengan coba-coba di aplikasi tiktok ternyata mendapat respon yang positif. Salah satu video yang viral saat itu mencapai tembus 25 juta viewers, sedangkan followers melonjak drastis hampir 100 ribu. Sejak saat itu ia aktif di media sosial sebagai Medical Influencer dengan membuat video edukasi yang simpel, sederhana yang bisa di mengerti banyak penonton dan live edukasi di tiktok untuk memberikan waktu yang lebih luas saat mengedukasi soal kesehatan.