Apa itu ilmu kedokteran keluarga?

Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu disiplin ilmu dan seni praktik kedokteran yang memberikan perhatian secara berimbang pada permasalahan biomedik pasien dan permasalahan konteks pasien dan keluarga yang mengalami sakit. Permasalahan biomedik adalah permasalahan berkaitan dengan problem fisik dari permasalahan penyakit pasien. Permasalahan konteks pasien berkaitan dengan empat pilar yang dijabarkan sebagai berikut.

Komprehensif berkelanjutan

Prinsipnya semua penyakit terutama penyakit katastrofik, merupakan sebuah continuum yang panjang mulai dari sehat – berisiko – pra-penyakit – penyakit definitive tegak – komplikasi awal – komplikasi akhir – sekarat (dying).

Contoh perkembangan penyakit merupakan perjalanan yang panjang yakni pada diabetes berawal dari ada risiko genetic dari keluarga, perilaku kurang beraktivitas fisik, diet tidak berimbang, serta manajemen stress tidak adaptif. Bila sudah terkena diabetes, dan tidak tertangani dengan baik, penyakit diabetes akan berlanjut ke perjalanan yang memburuk, mulai dari neuropati diabetes, gangrene diabetes, nefropati diabetes dan berbagai komplikasi lainnya. Dokter berwawasan kedokteran keluarga akan aware dalam setiap tahap perjalanan penyakit dan melakukan upaya kesehatan yang sesuai dan memadai untuk membalikkan arah ke arah lebih baik atau bila di stadium lanjut berusaha meningkatkan kualitas hidup serta menekankan pada pendekatan spiritual baik pada pasien sebagai persiapan akhir kehidupan, demikian juga keluarganya sehingga mengurangi dampak negative kesehatan paska kehilangan anggota keluarga.

Dokter lulusan FK UMS yang berwawasan kedokteran keluarga, tidak saja mampu menegakkan diagnosis serta mengelola penyakit secara lege artis, tetapi juga aware terhadap problem klinis saat ini, dan problem yang akan diderita terkait continuum of care, serta mampu melakukan tindakan yang sesuai dan memadai untuk melakukan pengelolaan penyakit secara optimal.

Holistic

pemahaman holistic menuntun dokter dalam melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan tidak saja memberikan perhatian pada aspek biomedik, melainkan juga pada aspek psiko-sosial. Pemahaman aspek fisik dari penyakit mulai dari aspek patofisiologi hingga manifestasi klinis adalah perspektif dari biomedik. Aspek psikologis pasien dapat difahami terutama pada penyakit katastrofik sebagaimana yang dipaparkan dari ilustrasi berikut.

Seorang pasien didiagnosis dokter keluarganya menderita diabetes tipe dua. Dokter yang merawat sudah menjelaskan panjang lebar mengenai penyakit yang diderita. Saat di rumah, ketika ditanya anaknya, pasien menjawab, “ibu tidak sakit apa-apa, sehat saja”. Pernyataan ibu penderita diabetes ini kepada anaknya merupakan contoh “denial” dalam keberterimaan pasien secara psikologis terhadap sakit yang dideritanya. Terdapat lima tahap / jenis keberterimaan pasien secara psikologis terhadap sakit yang diderita, yakni denial, anger, bargaining, depressed dan accepted.

Denial. Denial atau menolak dalam bentuk ucapan verbal seperti contoh tersebut, atau sikap mencari pengobatan alternatif untuk menenangkan psikologisnya, keadaan ini tentu tidak favourable dalam upaya pengelolaan penyakit lebih lanjut.

Anger. Anger atau marah dalam bahasa Indonesia, merupakan fenomena psikologis ketika seseorang mengalami sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan terdalamnya. Marah ini bisa tertuju pada diri sendiri, anggota keluarga lainnya hingga Tuhan. Anger ini juga bukan hal yang favourable dalam upaya pengelolaan penyakit lebih lanjut.

Bargaining. Bargaining atau secara harfiah tawar-menawar yakni sebagian pasien yang sudah “terlanjur” sakit dan merasa menderita karenanya, kepada Tuhan membuat semacam “tawar-menawar”. “Tuhan seandainya saya diberikan kesembuhan, saya tidak akan marah-marah terus kepada istri saya” dan sebagainya. Pada yang beragama Islam bisa jadi bernadzar, seandainya saya sembuh, saya akan….dan sebagainya.

Depressed. Sebagian pasien setelah terdiagnosis penyakit, dan setelah sekian lama bertahan dengan ketidaknyamanan, mengalami masa yang diliputi perasaan kosong, kesedihan merasuki kehidupan mereka pada tingkat yang lebih dalam. Pada tahap ini sebagian pasien mempertanyakan “buat apa saya mengonsumsi obat, tidak ada pengaruhnya bagi saya”.

Acceptance. Pada komunitas muslim, acceptance ditandai dengan perasaan sabar menghadapi penderitaan sakit yang dialami, atau yang lebih tinggi dari sabar adalah ridho, menyenangi penderitaan sakit karena itu berasal dari Allah SWT. Lebih lanjut, ada rasa tanggungjawab untuk mengikuti dan engage dengan program kesehatan yang direncanakan secara bersama dengan dokter.

Tugas dokter yang berwawasan kedokteran keluarga adalah melakukan edukasi dan persuasi kepada pasien agar keberterimaan pasien terhadap penderitaan sakitnya berada pada fase acceptance.

Berpusat pada pasien

Pada kasus penyakit terutama jenis penyakit katastrofik, setiap pasien umumnya mempunyai keinginan terdalam tetapi keinginan tersebut terhalang pelaksanaannya oleh penyakit yang diderita. Pelayanan kedokteran berpusat pada pasien, meyakinkan pada pasien bahwa program intervensi kedokteran yang dilakukan merupakan bagian upaya bersama dokter, pasien dan keluarga mencapai keinginan terdalam dari pasien yang terhalang oleh penyakit yang diderita.

Ilustrasi kasus, pada penyakit osteoarthritis, seorang kakek mempunyai keinginan terdalam untuk dapat mengantarkan cucu kesayangannya pergi les sepak bola. Namun keinginan terdalamnya ini terhalang penyakit osteoarthritis yang dia derita. Program medik berpusat pada pasien dengan menempatkan keinginan terdalam tersebut yaitu, “mengantarkan pasien mampu mengantar cucunya les sepak bola, dengan program pengurangan berat badan, diet berimbang, dan aktivitas fisik yang relevan”. Pertanyaan dasar bagi dokter keluarga yang berwawasan kedokteran keluarga kepada pasien adalah “Apa keinginan terdalam bapak/ibu/saudara/i selama mengalami sakit ini?

Pelayanan kedokteran yang berpusat pada pasien juga memperhatikan apa yang familier dengan pasien seperti kebiasaan atau budaya lokal konteks pasien tinggal, keyakinan serta aspek spiritualitas / religiusitas pasien.

Pendekatan keluarga

Dalam keluarga secara fungsional terdapat tiga peran utama yang umumnya diperankan oleh kepala keluarga (suami/ayah) dan ibu / istri. Tiga peran tersebut meliputi breadwinner, caregiver, dan decision maker. Ketiga peran ini penting dalam pengelolaan kesehatan dalam keluarga. Dalam pengelolaan pasien secara teknis individual dalam keluarga membutuhkan anggota keluarga lain yang berperan sebagai caregiver umumnya diperankan oleh ibu/istri. Peran breadwinner / pencari nafkah dan peran decision maker merupakan peran penting dalam memberikan dukungan finansial serta pemilihan fasilitas kesehatan mana atau jenis pertolongan seperti apa yang diambil untuk perawatan anggota keluarga yang menderita sakit. Peran caregiver dapat diekstensikan tidak hanya pada saat anggota keluarga sedang sakit, dalam perannya sebagai mitra utama pelaksanaan tindakan kuratif, juga perlu dilibatkan dalam peran sertanya sebagai mitra pelaksanaan promosi dan prevensi kesehatan.

Strategi integrasi kedokteran keluarga dalam kurikulum FK UMS

Salah satu karakter kurikulum berbasis kompetensi dalam pendidikan kedokteran adalah adanya pendekatan SPICES yang merupakan singkatan dari Student centered, Problem based, Integrated, Community (and family) oriented, Early Clinical (community and family) exposure dan Systematic.

Student centered merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan mahasiswa berperan aktif sebagai individu dewasa yang bertanggungjawab pada pembelajaran yang dilakukan.

Problem based merupakan strategi pembelajaran yang memberikan problem scenario klinik / komunitas sebagai pemicu pembelajaran yang menarik mereka untuk mengakuisisi capaian pembelajaran. Dengan pemicu problem ini mahasiswa menggali informasi dari berbagai sumber ilmiah yang dipercaya sebagai bahan pembelajaran.

Integrated merupakan strategi pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu baik secara vertical dan horizontal sehingga mahasiswa dapat mengintegrasikan berbagai capaian pembelajaran yang sangat berguna untuk membentuk clinical reasoning dalam penyelesaian masalah professional yang dihadapi.

Community and family oriented merupakan strategi pembelajaran yang beroritentasi pada kebutuhan masyarakat atau keluarga yang anggotanya mengalami masalah kesehatan dari berbagai tingkat perjalanan penyakit. Mahasiswa belajar tidak dibatasi oleh ruang kelas tetapi juga menghadapi serta mempelajari bagaimana mengidentifikasi masalah dan menentukan penyelesaian masalah yang ada di masyarakat.

Early Clinical, community and family exposure merupakan strategi pembelajaran yang memaparkan mahasiswa sejak dini pada setting nyata klinis, masyarakat dan keluarga. Strategi ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran berbasis sekolah dan desa binaan. Sejak semester dua mahasiswa diberikan pengalaman pembelajaran mengaplikasikan keterampilan klinis, komunikasi, pendekatan individu pada setting nyata.

Systematic merupakan proses pembelajaran yang ditata secara sistematik, logis, materi-materi dan kompetensi sehingga mahasiswa memperoleh pemahaman, skills serta kompetensi yang lebih kompleks sebagaimana yang telah ditetapkan dalam capaian pembelajaran lulusan.

Integrasi kedokteran keluarga dalam kurikulum FK UMS dilakukan secara bertahap, bertingkat dan pemaparan mahasiswa secara dini di keluarga, komunitas dan klinis.

Pada pendidikan sarjana kedokteran, integrasi kedokteran keluarga dilakukan melalui:

  1. Kuliah blok tema kedokteran keluarga di setiap blok yang relevan
  2. Tutorial dengan mengintegrasikan learning objective di setiap pembelajaran scenario
  3. Field lab setiap semester sekali mulai semester 2 hingga semester 7 baik mandiri maupun dengan pendekatan interprofessional education
  4. Blok Family Medicine

Pada pendidikan profesi kedokteran, integrasi kedokteran keluarga dilakukan melalui:

  1. Penugasan edukasi keluarga pada pasien yang dirawat di setiap stase klinik yang dilalui
  2. Stase kedokteran keluarga sebagai salah satu stase dalam rotasi pembelajaran klinik.

Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Field Lab sebagai strategi pencapaian kompetensi Keunggulan kedokteran keluarga FK UMS

Field lab merupakan kegiatan pembelajaran lapangan dimana peserta didik diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan sebagian kompetensi yang telah didapatkan dari pembelajaran yang dilalui dari kuliah blok, praktikum laboratorium dan keterampilan klinis dan komunitas terkait. Topik field lab mengikuti blok yang dipilih di semester yang sesuai.

Kegiatan Field Lab yang diselenggarakan di FK UMS penempatannya pada setiap semester mengikuti blok yang terpilih. Matriks topik Field lab dan blok terpilih serta penempatan semester disajikan dalam gambar 1. Matriks distribusi keterampilan, blok terpilih dan aplikasi komunitas / keluarga berikut ini,

Kegiatan Field Lab FK UMS

Unsur-unsur yang terlibat dalam kegiatan Field Lab: peserta didik, dosen pembimbing kampus, pendamping lapangan, dan kepala Field Lab.

Peserta Didik

Peserta didik adalah mahasiswa aktif sesuai dengan blok dan semester yang diambil. Peserta didik mendapatkan pengayaan materi mengenai konten, teknis dan prosedur pelaksanaan kegiatan oleh dosen field lab yang ditugaskan berkoordinasi dengan koordinator blok terkait. Peserta didik membawa peralatan, bahan habis pakai, dan segala sesuatu yang diperlukan saat mengunjungi keluarga / kelompok masyarakat yang dipilih seperti siswa KB/TK Aisyiyah, sebagaimana yang diinstruksikan. Peserta didik mendapatkan pendampingan dosen pembimbing dalam hal perencanaan sebelum terjun ke lapangan, saat terjun ke lapangan dan pembuatan laporan kegiatan. Peserta didik mengumpulkan laporan kegiatan setelah melakukan observasi skrining dan edukasi kepada keluarga atau kelompok binaan di lapangan. Teknis pengumpulan laporan ditentukan oleh Kepala Field Lab berkoordinasi dengan koordinator blok terkait.

Dosen Pembimbing Kampus

Dosen pembimbing kampus adalah dosen FK UMS yang dipilih oleh Kepala Field Lab berkoordinasi dengan kepala Program Studi S1 Kedokteran dengan mempertimbangkan beban kinerja dosen yang bersangkutan. Dosen pembimbing mendapatkan arahan penyamaan persepsi dari Kepala Field Lab tentang kegiatan pembelajaran Field Lab di blok dan semester terkait. Dosen pembimbing kampus, melakukan pendampingan berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan kelompok mahasiswa bimbingan. Pendampingan tersebut diharapkan akan menghasilkan pengalaman pembelajaran dan unjuk kinerja paling optimal dari kelompok mahasiswa bimbingannya. Dosen pembimbing dapat memberikan penilaian laporan kegiatan / unjuk kinerja dari mahasiswa bimbingannya apabila diperlukan.

Pendamping Lapangan

Pendamping lapangan merupakan organisasi kader posyandu / guru KB/TK dan bidan supervisor / kepala sekolah KB/TK hingga Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan coordinator utama di lapangan. Pendamping lapangan berkewajiban memberikan pendampingan di lapangan sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman pembelajaran dan dapat melakukan unjuk kinerja yang paling optimal dalam pelaksanaan praktikum Field Lab terkait.

Kepala Field Lab

Kepala Field Lab merupakan dosen tetap yang mendapatkan SK penugasan mengenai pelaksanaan kegiatan field lab mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian hingga evaluasi. Kepala Field lab berkoordinasi dengan kepala program studi S1 kedokteran dalam penunjukkan dosen pembimbing kampus. Kepala Field Lab berkoordinasi dengan coordinator blok dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan sistem penilaian kegiatan praktikum Field Lab peserta didik.

Lokasi Sekolah dan Desa Binaan

Lokasi Sekolah dan Desa Binaan

Lokasi TK Aisyiyah Tunggulsari – FK UMS

Lokasi TK Aisyiyah II Makamhaji – FK UMS

Lokasi TK Aisyiyah Karangasem Surakarta – FK UMS

Lokasi TK Aisyiyah Gonilan – FK UMS

Lokasi TK Aisyiyah Intan Permata Makamhaji – FK UMS

Lokasi Desa Binaan Kuwian, Banyudono - Boyolali

Lokasi Desa Binaan Mayang, Gatak - Sukoharjo

Kegiatan Field Lab di Sekolah Binaan

Kegiatan Field dengan Desa Binaan