Sabtu (31/8) Dekan FK UMS Dr. dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, M.Kes, Sp.DVE, Dipl. STD-HIV/AIDS, FINSDV, FAADV. diundang menjadi pembicara pada agenda Webinar Al Islam dan Kemuhammadiyahan yang diselenggarakan oleh BPSDM. Acara ini dilaksanakan sebulan sekali secara daring melalui virtual zoom meeting. Acara ini diselenggarakan sebagai upaya mengejawantahkan unsur keislaman dalam visi UMS. Webinar AIK ke-45 ini mengambil tema, “Dampak Perubahan Iklim bagi Kesehatan Ummat.”
Menurut European Space Agency (ESA), perbedaan utama antara cuaca dan iklim adalah soal waktu. Cuaca bisa berubah dengan cepat, misalnya pagi cerah, siang hujan, sore berangin. Sedangkan iklim berbicara tentang pola yang lebih permanen, sesuatu yang tetap konsisten selama bertahun-tahun. Penyebab paling besar dari perubahan iklim adalah adanya efek rumah kaca yang sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia. Pada webinar kali ini dijelaskan bahwa perubahan iklim bukan hanya tentang peningkatan suhu atau badai yang semakin sering terjadi, melainkan merupakan ancaman besar yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, juga masa depan umat manusia. Ada dua jenis dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim yaitu dampak langsung dan dampak tidak langsung. Dampak yang langsung dirasakan akibat perubahan iklim salah satunya adalah peningkatan suhu global yang menyebabkan gelombang panas ekstrem dan bencana alam (banjir, kekeringan, dan badai). Sedangkan dampak tidak langsung antara lain penyebaran penyakit, perubahan kualitas udara, kualitas air, ketahanan pangan global, dan kesehatan mental.
Ada dua poin yang bisa dilakukan untuk menanggulangi dampak perubahan iklim yaitu mitigasi dan adaptasi. Mitigasi berarti melakukan segala yang kita bisa untuk mengurangi atau menghentikan perubahan iklim dengan menekan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan penggunaan bahan bakar fosil. Adaptasi, tentang bagaimana kita menyesuaikan diri dengan dampak perubahan iklim yang sudah terjadi atau yang tak bisa dihindari. Misalnya, memastikan bahwa tersedianya infrastruktur tahan bencana seperti jalan raya dan gedung-gedung, memiliki teknologi yang lebih efisien dalam penggunaan air, dan melestarikan keberadaan hutan kota Sebagai individu, menanggulangi dampak perubahan iklim bias dimulai dengan langkah-langkah sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik, menanam pohon, atau mendukung produk-produk lokal yang ramah lingkungan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2021 yang mengatakan, “Perubahan iklim adalah ancaman terbesar bagi kesehatan global di abad ke-21.” Ini bukan sekadar peringatan, tetapi seruan mendesak bagi kita semua untuk bertindak. Maka dari itu, perlu adanya kerja sama dari semua pihak baik individu, keluarga, maupun pemerintah, untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan memastikan bahwa kita siap menghadapi tantangan yang ada.
Kunjungi: https://www.instagram.com/p/C_ZaEEcSjvr/